Biografi Ibu
Jika membicarakan tentang perjuangan dan pengorbanan seorang ibu, maka tidak akan ada habisnya. Ibu adalah wanita yang hebat dan kuat. Mengandung selama sembilan bulan sepuluh hari, melahirkan dengan bertaruh nyawa, menyusui, merawat, hingga membesarkan buah hatinya. Ibu merupakan sosok yang luar biasa hebat. Ibu menjadi wanita yang sangat saya sayangi dan saya hormati.
Ibuku bernama lengkap Rahayu. Orang-orang lebih akrab memanggil nya dengan Ayu atau Bu Ayu, atau kalau di kampung ibuku biasa dipanggil dengan sebutan ma'de atau kak de, karena beliau merupakan anak ketiga. Beliau lahir di desa Sekadim (saat ini lebih dikenal dengan desa pusaka), dusun beliung, kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Beliau lahir pada tanggal 21 September 1971. Saat ini beliau telah berusia 49 tahun. Ibuku memiliki tubuh yang tegap dan berisi, aku mengira tingginya berkisar 150cm. Beliau memiliki wajah yang bulat dengan pipi yang tembem, hidung yang kecil, dan bibir yang tipis, serta mata yang cerah dengan bola mata berwarna coklat.
Ibuku adalah keturunan Melayu, ayah beliau bernama Marhaji yang berasal dari Desa Sekadim (saat ini desa Pusaka), sedangkan ibu beliau bernama Nasrah yang berasal dari Sambas, tepatnya di Desa Manggis. Ayah dan ibunya bekerja sebagai petani yang sehari-harinya merawat tanaman padi hingga menjadi beras yang siap jual.
Ibuku memiliki beberapa hewan peliharaan seperti ayam, bebek, dan kucing. Ibuku sangat menggemari kucing, hingga beliau digelari oleh orang-orang sebagai ibu kucing.
Ibu merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara. Ibu memiliki dua orang kakak laki-laki, satu orang adik laki-laki, dan lima orang adik perempuan. Diantara saudara-saudaranya, ibuku merupakan anak yang paling tegas dan terkenal dengan watak yang galak. Namun, beliau sangat sayang kepada adik-adiknya. Pribadinya sangat sederhana sehingga membuatnya dikenal dan disenangi oleh banyak orang.
Semasa kecil ibu dibesarkan di tempat kelahirannya yaitu Desa Sekadim (saat ini desa pusaka), Kalimantan Barat. Ibuku berasal dari keluarga yang sederhana. Beliau merupakan lulusan dari SD Negeri Sekadim, tempatnya cukup jauh dari rumah. Beliau berangkat sekolah dengan berjalan kaki bersama teman-temannya dan menempuh jarak kurang lebih satu kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Ibuku adalah orang yang aktif di sekolahnya, beliau mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan di sekolah, seperti Pramuka, pekan olahraga dan seni, dan senam. Sejak kecil ibuku sangat aktif mengikuti kegiatan fisik seperti olahraga. Ibu sangat ahli di bidang olahraga cabang bola besar yaitu bola voli. Ketika sudah tamat sekolah dasar, beliau kerap kali memenangkan beberapa pertandingan bola voli di beberapa desa di sekitar tempat tinggalnya.
Ibuku tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah pertama (SMP) karena adanya keterbatasan biaya pada waktu itu. Karena beliau sangat aktif dalam mengikuti aktivitas olahraga fisik terutama bola voli, saat tamat sekolah dasar beliau mengikuti pertandingan persahabatan antar desa. Ibu sangatlah aktif dan sangat hebat Ketika berada di lapangan. Walaupun tinggi badannya tidak terlalu tinggi, tapi kemampuan beliau dalam bermain bola voli tidak bisa dianggap remeh. Bahkan saat aku masih kecil, aku menonton ibuku saat sedang melakukan pertandingan bola voli, saat itu pertandingan diadakan di Tebas, Kabupaten Sambas.
Saat beliau tamat sekolah dasar, beliau bekerja sebagai seorang petani yang menanam dan merawat padi-padi hingga siap panen dan menjadi beras yang siap jual. Selain bertani, beliau juga berkebun kecil-kecilan di kebun jeruk, ketika itu sekitar tahun 80-an, di desa Sekadim masih terkenal dengan jeruk Tebas karena jeruknya yang sangat manis. Kehidupan ibuku cukup keras yang sudah dilaluinya sejak ia masih kecil. Bahkan saat masih usia remaja beliau harus bekerja keras untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Fisik dan mental ibuku sudah terlatih kuat sejak ia masih kecil. Hidupnya benar-benar penuh dengan perjuangan.
Dikarenakan ibuku hanya lulusan sekolah dasar, saat usianya masih 14 tahun beliau bekerja sebagai buruh pabrik harian lepas di PT. Pemaga Sambas. Beliau bekerja disana hanya bertahan 3 bulan dikarenakan pemilik pabrik tersebut non-islam yang selalu melakukan ritual peribadatan menurut agamanya. Saat itu teman ibuku selalu kerasukan makhluk halus sehingga beliau berhenti bekerja dari sana dan memutuskan pindah bekerja di PTP. Perkebunan karet.
Di PTP. Perkebunan karet daerah gudang damar bertempat di daerah Bengkayang, beliau bekerja sebagai buruh harian lepas yang melakukan pembibitan benih karet unggul hingga menanaminya, membuat jalur penanaman, dan membersihkan lahan yang akan ditanami.. Disana beliau hanya bertahan sekitar 6 bulan karena tempat tinggal dan air bersih yang tidak memadai. Selain itu, saat bekerja di PTP. Perkebunan karet beliau jatuh sakit dikarenakan banyak kegiatan terutama kekurangan air bersih dan tempat tinggal berupa pondok kecil membuat beliau jatuh sakit. Letak pertanian tersebut juga jauh dari perkampungan warga sehingga sulit untuk mendapatkan bahan maknann dan obat-obatan.
Dikarenakan ibuku jatuh sakit, beliau memutuskan untuk pulang kampung. Saat di kampung, ibuku diperiksa oleh menteri di kampung, ternyata beliau mengidap sakit demam malaria stadium 3. Ibuku melakukan pemulihan dari sakit tersebut sekitar 1 tahun.
Setelah sembuh, beliau pergi bekerja di daerah Sukalanting, dulunya terkenal dengan PT. HKU grup atau pabrik kayu lapis. Saat itu tahun 1988, beliau baru menginjak usia 16 tahun. Di pabrik kayu lapis beliau digaji sebesar Rp 100.000,00 pada gaji pertama, uang tersebut digunakan untuk membantu orang tuanya di kampung. Beliau bekerja di PT. HKU selama kurang lebih 6 tahun. Hasil dari bekerja di pabrik tersebut adalah dapat membangun rumah untuk orang tua dengan bekerja sama antara adik beradik yang pada saat itu rumah hanya berupa pondok kecil. Selain itu, hasil dari bekerja di pabrik tersebut dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dalam jangka waktu 6 tahun bekerja di pabrik kayu lapis, ibuku sering sakit kepala dan flu. Karena ketidaktahuannya, saat diperiksa ternyata ibuku sakit polip yang tidak bisa diobati dan harus dioperasi. Dikarenakan ketidakmampuan biaya untuk operasi, beliau memutuskan berhenti bekerja dari pabrik kayu lapis tersebut dan memutuskan untuk pindah bekerja menjadi Tenaga Kerja Indonesia atay TKI di Kuala Lumpur, Malaysia.
Pertama kali di Kuala Lumpur, ibu bekerja sebagai asisten rumah tangga selama 1 bulan. Karena ada rasa tidak nyaman bekerja dengan orang Cina, ibu memutuskan untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain. Masih di Kuala Lumpur, Malaysia, ibu bekerja sebagai pelayan di kedai makan taman selera. Di kedai tersebut ada bermacam-macam kedai, oleh sebab itu dinamakan taman selera. Karena bos nya juga orang Cina. Setelah 3 bulan kemudian ibu memutuskan untuk pindah kerjaan menjadi asisten rumah tangga, tapi masih mendapatkan bos orang cina, namun bos yang ini dirasa lebih nyaman dan pas. Disana beliau bekerja selama 1 tahun lebih.
Selama di Malaysia, ibuku minum ramuan herbal cina sehingga polip yang diderita ibuku mulai mengering dan tidak merasakan sakit lagi. Setelah 1 tahun lebih bekerja, dengan paspor yang sudah mati beliau dipulangkan ke Indonesia secara resmi.
Setelah kepulangannya dari Malaysia, ibu melakukan operasi polip di Rumah Sakit Yarsi, Pontianak. Setelah sembuh dengan masa pemulihan 1 tahun, beliau kembali bekerja ke Malaysia, tepatnya di Sibu. Bekerja sebagai buruh pabrik kayu lapis selama 2 tahun, kemudian berhenti dan dipulangkan ke Indonesia.
Singkat cerita, beliau kembali bekerja ke Kuching, Serawak, Malaysia selama beberapa bulan, kemudian pulang kembali ke Indonesia.
Perjalanan hidup ibu yang sangat panjang dan penuh perjuangan dari usia remaja yaitu 14 tahun, hingga menikah pada usia 30 tahun.
Pada tahun 2000 ibuku bertemu dengan ayah dan berkenalan selama beberapa bulan. Dalam jangka waktu yang singkat, ibu dan ayah menikah pada tanggal 15 Maret 2001. Kemudian pada tanggal 15 maret 2002 ibu melahirkanku sebagai anak pertama dan melahirkan adik pada tanggal 11 Agustus 2004.
Saat ini keseharian ibu dirumah sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi suami dan anak-anaknya.
Ibuku merupakan sosok yang sangat hebat dan sangat aku kagumi. Selain karena ketekunannya dan kerajinannya, ibu juga merupakan sosok wanita yang sangat kuat, tegar, ikhlas, dan sabar. Ibu selalu mengatakan padaku “Kak, kejarlah ilmu setinggi langit. Jadilah anak yang berbakti dan membanggakan kedua orang tua”, hal itu yang menjadi semangat belajarku hingga saat ini.
Komentar
Posting Komentar